Hidayat Bukan Hak Milik Dai'e
Tatkala seorang da'i melihat beberapa pemuda yang wajah mereka menyiratkan ketaatan maka ia berkeinginan untuk berkenalan dan mengajak mereka ke jalan dakwah.
Yang perlu diperhatikan adalah dalam mendekati mereka diharapkan dengan langkah yang cermat, kerana biasanya pemuda-pemuda ini mempunyai seseorang yang mereka segani dan hormati.
Jika seorang da'i dapat mendekati orang tersebut, kemungkinan pemuda-pemuda itu akan mengikuti dakwah kita. Namun jika pendekatan ini tidak berhasil, sebagai da'i, ia tidak boleh putus asa. Ia harus mendekati salah satu pemuda di antara pemuda-pemuda tadi yang pemahamannya terhadap dakwah Islamiah lebih mantap, bergaul dengannya dan juga yang lain dengan sabar dan penuh kasih sayang tanpa menyinggung permasalahan yang dapat menyebabkan hubungan itu terganggu. Jika dengan izin Allah pemuda itu mahu menerima ajakan kita, ini akan sangat membantu usaha kita untuk mengajak teman-temannya yang lain.
Pendekatan itu harus dilakukan dengan lemah lembut. Kita harus menyedari bahawa kita tidak diwajibkan untuk memastikan mereka semua menerima ajakan kita, namun jika mereka semua menerima ajakan kita, itu adalah rahmat dari Allah.
Hanya Dialah yang berhak memberikan hidayah. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberikan petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah-lah yang memberi hidayah kepada yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orangyang mahu menerima petunjuk." (Al-Qashash: 56)
Ayat ini menjelaskan bahawa walaupun kita memberikan segenap hati kita untuk mengajak mad'u kita, tetapi hanya Allah-lah yang berhak membolak-balikkan hati orang tersebut.
Seorang tukang roti berdiri di depan tempat pembakaran roti, sambil memasukkan potongan-potongan roti ke dalamnya. Setelah menunggu beberapa saat, ia mengeluarkan roti yang sudah masak dan membolak-balikkan yang belum masak.
Setiap kali ada roti yang sudah masak, ia akan mengeluarkannya. Dapat diperhatikan bahawa ada beberapa potong roti yang jatuh ke dalam api dan terbakar.
Inilah keadaan da'i tatkala berdakwah di masyarakat, ia Memberi dan Menerima (give and take). Suatu saat ia mendekat dan pada saat yang lain ia menjauh.
Ia akan memberi kepada setiap orang sebagaimana seorang doktor yang memberikan ubat dengan penuh sabar. Setelah selang beberapa waktu, di antara mereka sudah ada yang disinari oleh cahaya iman (inilah roti yang telah masak), ada yang menyambut ajakan tersebut kerana perasaan takut, ada yang menyambut ajakan tersebut kerana malu, ada yang bersikap angin-anginan, ada pula yang menjauh, dan bahkan ada yang berlaku tidak baik terhadap sang da'i.
Untuk menghadapi mereka itu, kita tidak boleh putus asa, tetapi harus terus berusaha sehingga yang ditunggu-tunggu dapat dipetik, disertai doa agar Allah membukakan hati mereka.
Adapun da'i yang menghabiskan waktunya hanya untuk satu orang dengan harapan agar orang tersebut mahu menerima ajakannya adalah tidak benar. Orang tersebut akan merasa bahawa dirinya diajak dengan cara yang sangat berlebihan, sehingga ia akan berprasangka buruk, dan boleh jadi ia akan lari dari ajakan itu, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah swt.
Kaedah yang harus kita perhatikan adalah: "Ambillah yang mudah dan tinggalkan yang sulit, jika ada yang mudah". |